ditulis oleh : BayuCahyadi PutraKasela ArmadaRadjaku
Tersemat perih bergelora itu
Menusuk tikam selaksa ilusi
Rembulan mati mentari senyap
Tatkala kau tuang pekat di kalbu
Masa berlalu usah ku lupa
Terjang prahara kau lukis
Dalam secarik rapuh nurani
Pedih bergeming hingga kini
Ku tau hasrat dan telapak berbeda
Ku harus semburatkan citraku
Meski tlah kau redupkan
Oleh segenggam dusta
Imaji ku lumuri fakta
Fakta akan kejam nya noda cinta
Ku tatapi ranting belah mentari
Laksana candrakan isi kalbu
Tlah ku tafsir makna cinta
Di atas gumpalan putih berarak
Angin bisikkan ku bangkit
Langit bentakkan ku bangkit
Ku coba jalani apa katanya
Petuah langit serta angin
Meski kini tanpa penyangga
Namun ku bukan pemilik sangkar kecil
Tersemat perih bergelora itu
Menusuk tikam selaksa ilusi
Rembulan mati mentari senyap
Tatkala kau tuang pekat di kalbu
Masa berlalu usah ku lupa
Terjang prahara kau lukis
Dalam secarik rapuh nurani
Pedih bergeming hingga kini
Ku tau hasrat dan telapak berbeda
Ku harus semburatkan citraku
Meski tlah kau redupkan
Oleh segenggam dusta
Imaji ku lumuri fakta
Fakta akan kejam nya noda cinta
Ku tatapi ranting belah mentari
Laksana candrakan isi kalbu
Tlah ku tafsir makna cinta
Di atas gumpalan putih berarak
Angin bisikkan ku bangkit
Langit bentakkan ku bangkit
Ku coba jalani apa katanya
Petuah langit serta angin
Meski kini tanpa penyangga
Namun ku bukan pemilik sangkar kecil
0 comments:
Post a Comment